Senin, 05 April 2010

Pola Hubungan Antara Subjek dan Predikat

Kalimat adalah satuan bahasa yang terdiri dari kata atau rangkaian kata sehingga dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna secara lengkap. Kalimat memiliki intonansi final. Kalimat lengkap memiliki strukur antara lain subjek, predikat, objek dan keterangan. Subjek adalah bagian kalimat yang menunjukan pelaku atau masalah. Subjek dapat menjawab pertanyaan siapa dan apa. Subjek biasanya berupa kata benda atau frasa (kongkret atau abstrak) merujuk kepada benda. Predikat adalah bagian yang memberitahu tindakan atau keadaan subjek. Predikat biasanya berupa kata atau frasa yang dapat menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana.
Jenis kalimat antara lain berdasarkan pengucapan, jumlah klausa, isi, kelengkapan unsur dan susunan subjek predikat. Untuk jenis kalimat berdasarkan susunan subjek predikat terdiri dari kalimat versi (biasa) dan kalimat inversi.
Kalimat inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek. Kalimat ini digunakan untuk penekanan atatu ketegasan makna. Ciri dari kalimat inversi yaitu kata atau frasa tenrtentu yang pertama muncul dalam tuturan akan menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna dalam hal menimbulkan kesan tertentu, dibandingkan dengan kata atau frasa ditempatkan pada uruan kedua. Contoh dari kalimat inversi :
Bekerja Ayah untuk mendaptkan uang.
P S
Ambilkan ayah Koran diteras depan !
P S
Setuju kami untuk berlatih bersama.
P S
Kalimat versi adalah kalimat yang susunannya sesuai dengan tata bahasa Indonesia (S-P-O-K). Contoh dari kalimat versi :
Mereka mengikuti seminar di Teknokrat.
S P O K
Subjek dan predikat merupakan salah satu unsur dari struktur sebuah kalimat. Kedua unsur tersebut memiliki pola hubungan yang sangat ketergantungan, tanpa adanya subjek sebuah kalimat menjadi kurang lengkap karena subjek diibaratkan sebagai kepala pada kalimat. Sama halnya dengan predikat, walaupun unsur yang satu ini bukan merupakan kepala pada sebuah kalimat, tetapi unsur ini memiliki peranan penting yaitu sebagai inti dari sebuah kalimat.
Terdapat empat pola hubungan antara subjek dan predikat antara lain pada contoh kalimat dibawah ini :
1. Semua Subjek adalah bukan semua Predikat
Contoh kalimat:
a. Semua motor adalah bukan semua Suzuki.
b. Semua dosen adalah bukan semua wanita.
c. Semua mobil adalah bukan semua sedan.
d. Semua wanita adalah bukan semua berambut pendek.
2. Semua Subjek adalah Predikat
Contoh kalimat:
a. Semua ayah adalah kepala rumah tangga.
b. Semua manusia adalah ciptaan Allah.
c. Sebagian wanita adalah memakai rok.
d. Sebagian dosen Universitas Gunadarma adalah wanita.
3. Tidak adapun Subjek adalah Predikat
Contoh kalimat :
a. Tidak ada satupun wanita adalah berkumis.
b. Tidak ada satupun manusia adalah hewan.
c. Tidak ada satupun manusia adalah bisa hidup sendiri.
d. Tidak ada satupun manusia adalah kuat menahan lapar.
4. Sebagian Subjek adalah sebagian Predikat
Contoh kalimat :
a. Sebagian manusia adalah sebagian wanita.
b. Sebagian hewan adalah sebagian hidup di air.
c. Sebagian wanita adalah sebagian berkerudung.
d. Sebagian manusia adalah sebagian tidak bisa berenang.
Dari pola hubungan antara subjek dan predikat dapat digambarkan dengan diagram Venn sebagai berikut :
1. Semua Subjek adalah bukan semua Predikat
2. Semua Subjek adalah Predikat
3. Tidak adapun Subjek adalah Predikat
4. Sebagian Subjek adalah sebagian Predikat
Bentuk pemikiran kedua yang merupakan pengembangan dari konsep atau pengertian adalah proposisi. Pada saat terjadinya observasi empirik, di dalam pikiran tidak hanya terbentuk pengertian saja tetapi juga terjadi perangkaian dari term – term itu. Tidak pernah ada pengertian yang berdiri sendiri dalam pikiran. Rangkaian pengertian itulah yang disebut dengan proposisi.
Dalam proses pembentukan proposisi ini terjadi dua hal. Atau dapat dikatakan bahwa syarat terbentuknya proposisi mencakup dua hal yaitu:
1. Ada terjadi pengertian yang menerangkan pengertian yang lain atau ada pengertian yang diingkari tentang pengertian lain.
Contoh: Lemari itu besar.
Kata besar menerangkan tentang lemari Pengertian yang menerangkan itu disebut dengan predikat. Sedangkan pengertian yang diterangkan disebut subyek. Predikat biasanya disingkat dengan P dan Subyek disingkat dengan S, dan kata itu atau fungsi menerangkan diberi tanda = maka proposisi itu dapat ditulis menjadi S=P. Hasil dari perangkaian ini adalah proposisi positif. Kalau dalam proses perangkaian itu P.¹terjadi pengingkaran maka proposisi yang terbentuk menjadi S Hasilnya adalah proposisi negatif.
Di sinilah keunikan kalimat dalam logika dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Jika dalam bahasa Indonesia kita mengenal ada subyek, predikat, objek bahkan keterangan, di dalam logika tidak. Yang ada di dalam logika sepanjang apapun kalimat itu yang ada hanyalah subyek dan predikat. Ini adalah konsekuensi dari syarat terbentuknya proposisi yang sedang kita bicarakan ini.
2. Proses pembentukan yang kedua adalah jika terjadi pembentukan proposisi sekaligus terjadi pengakuan bahwa lemari itu memang besar adanya atau bahwa lemari itu tidak besar. Maka tampak di sini bahwa dalam proposisi mengandung benar dan salah sementara dalam pengertian tidak. Yang dinyatakan dalam proposisi tersebut adalah fakta yaitu pengamatan yang dapat diverifikasi atau diuji kecocokannya secara empirik dengan menggunakan indera.
Bagi pikiran, fakta merupakan data empirik yang tinggal diterima saja. Benar tidaknya tergantung dari tepat atau tidaknya cara dan alat yang digunakan untuk mengamati. Karena proposisi ini didasarkan pada observasi empirik maka proposisi ini disebut sebagai proposisi empirik.
Di samping proposisi empirik ada juga proposisi yang sifat benar atau salahnya dapat dicocokkan langsung, tampak pada pikiran dan oleh karenanya itu harus diterima. Proposisi yang demikian ini disebut dengan proposisi mutlak. Proposisi seperti ini jelas dengan sendirinya (self evident). Contoh proposisi mutlak adalah Air jatuh selalu dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. .
Dalam proposisi predikat selalu dihubungkan dengan subyek Jika hubungan tersebut bergantung pada syarat yang harus dipenuhi maka proposisi tersebut disebut dengan proposisi hipotetis. Jika hubungan antar predikat dan subyek itu adalah hubungan yang tanpa syarat maka proposisi itu disebut dengan proposisi kategorik.
Seperti halnya pengertian, proposisi juga abstrak, untuk menyatakannya dalam bahasa berupa kalimat. Lambang dari proposisi merupakan kalimat berita dan hanya kalimat beritalah di antara kalimat yang lain (tanya maupun perintah) yang merupakan lambang dari proposisi. Kalimat tanya bukan merupakan lambang dari proposisi karena dalam kalimat tanya hubungan antara subyek dan predikat masih dicari, sedangkan dalam kalimat perintah hubungan antara subyek dan predikat adalah dipaksakan harus ada. Padahal seperti telah diketahui bahwa inti dari proposisi adalah adanya hubungan atau kaitan antara subyek dan predikat.
Proposisi merupakan unit terkecil dalam pemikiran yang mengandung maksud sempurna. Proposisi masih dapat dianalisis lagi menjadi kata – kata karena seperti kita ketahui syarat bagi terbentuknya sebuah proposisi jika ditilik dari prosesnya adalah jika terjadi perangkaian konsep yang berfungsi menerangkan atau mengingkari konsep yang lainnya. Dalam logika dikenal ada 2 macam proposisi menurut sumbernya yaitu proposisi analitik dan proposisi sintetik. Proposisi analitik adalah proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya.
Contoh :
Manusia adalah mahkluk hidup
Kursi adalah benda mati
Jika dilihat dari contoh tampak bahwa predikat pada proposisi analitik tidak mendatang pengetahuan baru karena pengertiannya sudah terkansung pada subyeknya. Proposisi ini disebut dengan proposisi a priori
Proposisi yang kedua adalah proposisi sintetik yaitu proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya.
Contoh : Dian adalah pemain film yang berbakat
Predikatnya merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman. Proposisi ini merupakan lukisan dari kenyataan empirik dan untuk menguji benar salahnya diukur berdasarkan sesuai atau tidaknya dari kenyataan empiriknya.Proposisi ini disebut proposisi a posteriori
Selain itu, berdasarkan bentuknya ada 3 macam yaitu proposisi kategorik, proposisi disjungtif dan Proposisi Hipotetik.
Sumber :
http://dwiyuliani.ngeblogs.com/2010/04/05/tugas-bahasa-indonesia-2-4/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar